Buah Jatuh tak Jauh dari Pohonnya

Siapa yang tak mengenal pepatah ini: buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Aku merinding setiap kali otakku mengeja pepatah itu, aku gelisah dan ketakutan dengan kalimat itu. Siapa pencipta pepatah itu? Kenapa dia membuatnya? Itu seperti dia memukul rata bahwa semua anak akan mirip seperti orang tuanya. Tidak terpikirkah oleh si pencipta bahwa kalimat itu bisa membuat orang rela menukar hidupnya untuk menghapus pepatah itu? Aku ketakutan, aku gelisah, aku berpeluh keringat, aku merinding, aku kebingungan, apakah aku juga akan seperti orang tuaku? Aku takut menjadi seperti ayah dan ibuku. Aku takut menjadi berbahaya dan membinasakan.

Ayahku seorang pedagang yang bertabiat keras. Tak jarang ia memukul anak-anaknya yang melawan. Ibuku seorang guru TK yang juga seorang pembunuh. Dulu aku pernah bercerita pada salah seorang teman bahwa aku pernah menikah dari perjodohan dengan seorang lelaki berumur 15 tahun diatasku. Itu kebohongan. Dulu aku pernah mendongeng pada seorang anak bahwa tak ada orang jahat di dunia ini. Itu juga bohong. Dulu aku pernah mengaku pada keluargaku bahwa aku bekerja di 3 tempat sekaligus untuk bisa membantu membayar sekolah adikku. Itu bohong. Dulu aku pernah memberikan khotbah pada beberapa bocah yang beberapa tahun usianya dibawahku bahwa menjadi berharga adalah ketika kita bisa membahagiakan orang di sekeliling kita. Itu juga pasti bohong. Ada banyak kebohongan yang aku lakukan. Dan mereka mempercayainya begitu saja. Aku memiliki ingatan yang baik, tapi aku juga memiliki imajinasi yang tak kalah kuat, ingatan dan imajinasi itu melebur menjadi satu, mengaburkan realitas. Awalnya kukira itu karena aku terlalu banyak membaca buku dan menonton film. Tapi setelah kejadian itu aku takut, takut hal itu karena aku akan menyerupai ayah dan ibuku. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya, ingat?